Awal tahun baru kemarin banyak yang bilang nggak seseru tahun-tahun sebelumnya. Nggak banyak petasan, kembang api, tiupan terompet dan segala macam pernak-pernik khas tahun baru. Rasanya datar-datar saja. Acara bakar-bakar pun nggak seheboh biasanya di mana orang-orang sibuk membeli ayam, ikan dan jagung untuk dibakar di malam tahun baru.
Saya sendiri malah merasa itu lebih baik. Yang pertama karena alasan kepercayaan. Dengan mayoritas penduduk muslim dan semakin gencarnya dakwah baik yang offline maupun online, yang dilakukan akun real ustadz yang sudah terkenal ataupun belum, mampu menambah ilmu kita. Bahasan soal perayaan tahun baru pun tidak luput. Bahwa ketika kita merayakan tahun baru, maka tiga agama sekaligus kita anut pada malam itu. Tidak perlu saya ceritakan sejarah panjang mengenai terompet, petasan, topi kerucut dan aksesoris tahun baru lainnya. Silakan cari tahu sendiri dan pahami lebih dalam.
Di luar alasan kepercayaan, coba kita lihat lagi, apa manfaatnya buang-buang uang beli petasan kalau ujungnya hanya untuk dibakar? Sama seperti rokok, pada dasarnya kita tahu itu tidak ada manfaatnya, justru mengundang penyakit. Tapi kenapa kita masih mau menghabiskan uang untuk hal yang tidak berguna seperti itu? Topi, terompet dan aksesoris tahun baru juga pada akhirnya akan terbuang begitu jam dua belas sudah terlewat. Kalau hanya karena ritual setahun-sekali, masih banyak acara tahunan yang lebih bermanfaat.
Semakin dewasa saya semakin berpikir mengenai hal mana yang lebih baik dilakukan. Dosen manajemen pendidikan saya pernah mengatakan "Waktu itu sesuatu yang nisbi. Kita nggak akan mampu mengejarnya apalagi membalikannya. Jangan sampai terlena dengan kesenangan yang sementara"
@30haribercerita #30haribercerita #30hbc1703 #tahunbaru #newyear #2k17 #2017