Monday, March 27, 2017

[Review Film] Beauty and the Beast

Posting foto sehabis nonton Beauty and the Beast banyak yang komentar film ini disayangkan lulus sensor oleh beberapa pihak karena banyak mengandung propaganda LGBT.

Film ini menurut saya sebenarnya banyak pesan baiknya. Ditambah, selama ini kita tau kisah-kisah sejenis ini masuk ke dalam seri Disney Princess(es) yang banyak disukai anak-anak. Seharusnya ceritanya lebih mendidik.

Kisah aslinya sendiri, yang diceritakan dalam buku, memang banyak pesan baiknya. Misalnya, dari kisah ayahnya Belle yang mengambil bunga di pekarangan Beast, sampai akhirnya ketahuan dan dihukum menjadi tawanan Beast, itu bisa jadi pesan bahwa mengambil sesuatu yang bukan miliknya adalah perbuatan tidak baik. Kemudian kisah Belle yang pemberani, menggantikan posisi ayahnya untuk menjadi tawanan, kita bisa lihat perempuan juga punya keberanian yang luar biasa dalam membela orang-orang yang dicintainya. Ditambah lagi ketika pada akhirnya Belle dan Beast saling jatuh cinta dengan keadaan fisik Beast yang buruk rupa, mengajarkan bahwa cinta dan kasih sayang adalah sebuah ketulusan dari hati, bukan hanya dilihat dari sisi luar.

Tapi sayangnya, cerita yang harusnya bisa menonjolkan pesan baik justru disisipi dengan propaganda LGBT.

Dari beberapa artikel yang saya baca, yang sangat kentara adalah sikap kekaguman LeFou terhadap Gaston yang terlalu berlebihan. Memang, di film Gaston selalu mengatakan "LeFou, teman baikku, teman setiaku" dll, tapi dari sikap LeFou bisa dilihat ada yang berbeda. Di scene lain juga ada cerita ketika preman yang sempat disuruh Gaston menyiksa Maurice, ayah Belle, yang tadinya berparas sangar dan terlihat kejam, justru merasa senang ketika Mrs. Wardrobe mendandaninya sebagai perempuan.

Di Indonesia, MUI dan Habibirrahman el-Shirazy menyayangkan film ini dapat lulus sensor. Kalau saya pribadi, memang saya menyukai film-film seri princess dari Disney. Jadi, begitu ada kabar kisah Belle ini akan difilmkan, saya juga antusias menunggunya, sama seperti ketika Cinderella tayang. Tapi, sekali lagi, sangat disayangkan film yang harusnya banyak mengandung pesan baik justru muncul menjadi kontroversi karena adanya propaganda-propaganda tersebut.

Propaganda seperti ini memang nyata. Banyak orang yang menganggap pemikiran tentang ini adalah sebuah keparanoidan terhadap budaya barat. Tapi, tidak ada salahnya jika kita lebih berhati-hati dalam menikmati hiburan yang disajikan. Semoga kita tidak hanya menjadi penikmat yang terlalu lugu dengan buaian sebuah hiburan. Jadilah penikmat yang cerdas dan kritis terhadap apa yang disajikan.

This entry was posted in

Wednesday, March 22, 2017

[Resensi Buku] Yuk Berhijab!


Yuk berhijab merupakan buku ilustrasi antara pemateri Ust. Felix Siauw dan ilustrator Emeralda Noor Achni. Seperti yang terlihat dari judul bukunya, materi dalam buku ini berisi anjuran bagi muslimah untuk berhijab sesuai perintah Allah SWT dan sesuai dengan kriteria berhijab yang syar'i.




Trend berhijab sudah berkembang dan memang sudah banyak yang menjalankannya. Tapi kebanyakan muslimah masih sebatas mengenakan kerudung sebagai penutup kepala. Masih banyak yang perlu diperbaiki. Jilbab yang tidak menutupi dada, hijab yang terlalu banyak bergaya dengan tutorial atau hijab yang terlalu banyak model sehingga mungkin mendekati tabarruj. Padahal berhijab yang diperintahkan Allah SWT adalah yang sederhana.




Meski fokus utamanya adalah ajakan untuk berhijab, buku ini juga menerangkan bagaimana Islam memuliakan perempuan dengan perintah berjilbab, menjaga kehormatan dan supaya tetap berada dalam jalur yang sesuai kodratnya sebagai perempuan, istri dan ibu. Penerangan ini memberikan pemahaman bahwa perintah-perintah Allah SWT untuk muslimah adalah sebagai bentuk penjagaan dan pemuliaan. Bukan sebagai pengekangan seperti yang selama ini banyak orang pikirkan.


Bahasa yang digunakan dalam buku ini ringan dan mudah dipahami. Diiringi ilustrasi bergambar seorang tokoh perempuan bernama benefiko dan ada juga ilustrasi Ust. Felix Siauw yang seolah mengobrol dengan pembaca dan terkadang lucu.

Menurut saya buku ini cocok bagi muslimah yang ingin memperbaiki diri untuk mulai berhijab atau bagi yang sudah berjilbab dan ingin menyempurnakannya tanpa akan merasa ditakut-takuti dengan dalil-dalil yang ada tentang hijab.

Friday, March 17, 2017

Cuddling Cat


Pulang kerja waktu mau jalan ke parkiran ada kucing yang lagi duduk (duduknya kucing, pastinya) di tengah jalan (bukan jalan raya ya ). Selewat, iseng saya mengeong. Menurut teman-teman saya sih suara mengeong saya hampir mirip kucing. Eh, jadilah kucing itu langsung bangun. Mepet-mepet ke saya sampai dia mengelus-ngeluskan badannya ke rok saya.

Karena Rasulullah SAW bilang kucing itu tidak najis, saya sih malah senang-senang aja. Dan kucing itu mengikuti saya sampai jalan depan dengan tetap mepet-mepet sama saya. Sayangnya lagi saya nggak punya makanan.

Waktu sudah sampai di depan jalan raya, akhirnya saya bilang "udah ya meong, nganternya sampai sini aja. Aku juga nggak punya makanan. Besok kalau kita ketemu lagi dan aku punya makanan aku kasih. Daaahh " Dan habis dibilangin begitu, dia langsung duduk lagi sambil ngeliatin saya jalan. Aaaaaa lucuuuu 

Wednesday, March 8, 2017

International Women's Day




Selamat hari wanita sedunia!

What a wonderful destiny to be a woman!

Ya, saya bangga jadi perempuan.

Dulu saya sempat agak pesimis dengan kodrat sebagai perempuan yang kelihatannya serba terjebak di berbagai situasi, terutama dalam sebuah pernikahan.

Monday, February 20, 2017

Book vs. Movie


Talking about book-based movie  is difficult to not talking about the film . Whether it was because of the limited budgets or maybe the director consider a part as unimportant part , there are some movies that made me disappointed.

I am a fan of Harry Potter series. My favorite book of them are the fourth, the fifth and the seventh book. And among of those movies, the fifth movie was the most disappointed movie for me .

For the book itself, the fifth book is the most thick among others (In my country). But the movie is too simple I think. What I regret about the part of the book that it wasn't adopt into the movie was when Harry showed his feelings of sad, anger, and loss of his Godfather, Sirius. And calmly, Prof. Dumbledore explains all the things I (and maybe other readers) always wonder about why He gave Harry to aunty Petunia even when He knows that she never likes Harry.

I'd love to see how Dumbledore explain it to Harry calmly in the middle of Harry's anger towards him. It would be a contradiction situation, isn't it? But, as what we know, we just could imagine it in our own mind 

I always imagine how Prof. Dumbledore finally explained all to Harry, by himself, not just Harry's perceptions or what He heard from other why He was given to Petunia. The reason that maybe really simple, but full of meaning. Love, blood, family. Either Harry likes it or not, those three things are connect him with his aunt and.. His mom.

I hope every director really pay attention to which part of the book should be adapted to a movie. Or maybe they could survey from the reader first.